Selamat jalan adikku, Selamat jalan Mutiaraku
Semua yang hidup pasti akan mati, dan kembali kepada Allah” ( inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun)
kata yang pertama kali saya ucapkan ketika mendengar kabar akan
meninggalnya adik saya. Seakan tak percaya akan kabar tersebut, saya
mencoba menghubungi ibu mencoba mengkonfirmasi akan berita tersebut dan
berharap hal itu tidaklah benar. Dengan suara terbatah-batah ibuku
berkata “iya ndi, adikmu mutiara telah meninggal” dan saya semakin yakin
dengan menangisnya ibu saya di percakapan itu. Kesedihan menyelimuti
pikiran saya, adik yang baru berumur 17 tahun sudah dipanggil oleh
Allah. Tak ada yang bisa saya kerjakan untuk sesaat, kabar itu terasa
berat, bahkan untuk mengabarkannya ke kerabat sangatlah berat.
Hari itu amatlah sulit,
mengawali hari dengan berita kematian bukanlah hal yang mudah. Kucoba
menerima dan ikhlas atas apa yang terjadi, tetapi tidak semudah itu,
pertanyaan dalam benakku terus bermunculan, pertanyaan tersebut berusaha
menolak takdir dan kenyataan yang terjadi. Dalam perjalanan pulang, aku
tidak berhenti meratapi kejadian ini, berusaha mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang muncul dalam benakku.
Inilah saat dimana saya
benar-benar merasa tertekan, begitu banyak sms dan pesan yang masuk
untuk memberikan rasa turut berduka cita, dan sedikit darinya yang saya
indahkan, saya mohon maaf akan hal ini. Saya berusaha kuat dan tetap
berdoa untuk adik saya, tetapi tidaklah mudah semakin saya berdoa
semakin sesak rasanya menerima hal tersebut.
Inginku menjadi kuat dan
dapat menenangkan kedua orangtua, tetapi aku tidak sekuat itu. Aku
memang orang yang sangat sensitif, terutama hal ini menyangkut dengan
kematian dan menyangkut dengan keluarga, aku tidak dapat membendungnya.
Berbagai nasihat masuk untuk tetap kuat dan saling menguatkan antar
keluarga, dan aku mencoba untuk menjalaninya.
Kematian adik saya tentu
saja membawa banyak penyesalan dan juga hikmah dibaliknya. Rasanya ingin
sekali melihat hikmah yang ada, tapi rasa sesal terus menyelimuti, rasa
bersalah selalu menghampiri. Ini adalah moment terberat yang saya
alami. rasa penyesalan yang paling berat adalah bahwa saya belum bisa
menjadi kakak yang sebenarnya bagi adik saya, saya terlalu egois dan
melupakn kodrat saya sebagai seorang kakak. ingin rasanya mengulang
waktu dan memperbaiki hal itu, tetapi saya tahu hal itu tidaklah
mungkin.
Mutiara khazirah Barmana, nama yang indah bagiku. Entah bagaimana aku mengungkapkannya tapi aku sangat menyayanginya.
“Untuk Adikku Mutiara yang tersayangBanyak hal yang ingin kusampaikan kepadamu,
Aku memang bukanlah kakak yang baik bagimu,
Tak bisaku merawatmu, menjagamu, dan memberikan kasih sayang layaknya seorang kakak pada adiknya.
Aku jarang mengajakmu berbicara,
Aku tidak pernah mengerti perasaanmu, bahkan tidak pernah mencoba untuk mengerti.
Keterbatasan yang kau miliki, menjadikanku tidak menganggapmu ada seutuhnya,
Bisa dikatakan aku memang kakak yang jahat, kakak yang egois, dan kakak yang kejam.
Atas apa yang aku lakukan padamu, aku rela untuk tidak dipanggil kakak olehmu,
Karena memang aku tidaklah pantas.
Tapi ada hal yang inginku kau ketahui ,
Bahwa aku sangat menyayangimu adikku, aku sangat menyayangimu mutiaraku
Memang aku tidak pernah mengucapkannya, bahkan selama 17 tahun kau hidup
Dan sekarang aku tidak yakin apa kau bisa mendengarnya
Tapi aku yakin bahwa kau mengetahui itu ..
Aku yakin kau pasti lebih senang sekarang ..
Kau pasti mendapatkan tempat yang lebih baik ..
Mendapatkan keluarga yang lebih baik ..
Dan kau memang pantas mendapatkannya..
Kau adalah sebuah mutiara yang tidak pantas untuk berada diantara batu kerikil..
Maafkan aku mutiaraku, maafkan kami ..
Maafkan kami , maafkan kami..
Mungkin seribu kata maaf tidaklah cukup atas apa yang kami lakukan..
Akan tetapi, terimalah kata itu sebagai awal dari rasa penyesalan kami..
Mutiaraku, jika kelak nanti kita bertemu, aku berharap kau sudah memaafkan kami..
Aku berharap kau menganggap kami sebagai keluargamu, karena kami akan selalu begitu ..
Walaupun aku tidak yakin bisa bertemu denganmu lagi..
Akan tetapi, sekecil apapun kemungkinan masih tetap ada dan aku pasti akan mengambil itu..”
by veni dwi lestari
yang sabar mami :) (y)
BalasHapusiyoo ka makasihh :D
BalasHapus;)
BalasHapusharu,, :( ,,, tetap semangat :)
BalasHapusmakasih kakak henny ..
BalasHapus